"Aku di bantai habis2an oleh si kembar itu, mereka jauh lebih unggul dariku. Beberapa kali ku menyerang salah satunya yg lain memotong seranganku. Mereka kira bisa membunuhku, aku takan bisa mati oleh serangan yg mereka lakukan. Merek cuma si bocah kembar bodoh. Telapak tangan ku di lubangi oleh tongkat besi yg mereka bawa. Sakit sekali, namun darah yg mengalir membuat kekuatanku begitu berarti. Aku tak bisa berbuat apa2 dengan keadaanku sekarang. Kedua telapak tanganku tertancap tongkat besi hingga menembus lantai. "owhh shittt, aku sangat muak melihat tatapan dingin itu. "Sebentar lagi aku akan menghabisimu dan memakan mu hidup2 keparat". Aku mulai berteriak dan tertawa gila.
"Tapi entak kenapa mereka melepaskan tongkat besi yg tertancap di tanganku, apa yg mereka pikirkan. "Kau bocah gila, kau bilang ingin memakan kami hidup2. Apa kau bisa mengalahkanku, ayo bangun dan hadapi aku". Ucap salah satu sikembar. "kau menantangku anak kembar" jawabku terkekeh. "bukan kah itu terasa adil bocah". Ucapnya lagi. Aku mulai tertawa gila, " BODOH..!!! harusnya kalian membunuhku selagi kalian bisa". Ucapku dengan nada santai.
"Salah satu dari mereka mulai menyerangku. Sementara yg satunya bersandar santai di dinding dengan melipat kedua tangannya. Pertarungan ini sungguh memuakan, bertarung tanpa senjata dan aku kalah cepat darinya. Tapi dia, meski tanpa senjata dia jauh lebih kuat. Berkali kali aku tersungkur terkena tendangannya. "apa cuma itu kemampuanmu, ku kira kau pembunuh yg tangguh. Tapi ternyata kau tak sekedar lebih dari bocah ingusan". Ucapnya. "kau menghinaku, kita baru akan bersenang senang bocah kembar". Jawabku. "silahkan kau ambil bocah". Dia melemparkan pisauku, kali ini aku benar2 sangat muak. Aku melemparkan pisau itu kearahnya, dia mulai menghindar dan sekejap aku menghilang. Aku mulai menyerang dari atas, namun lagi2 dia bisa menghindar dan menendangku hingga tersungkur. "Kaki2 tak tak berguna, akan ku potong kakinya". Pikirku. "aku harus membuat siasat untuk melawannya. Aku melihat kapakku tergeletak di sudut ruangan. "ya aku harus memotong kakinya".
"Aku berjalan tertunduk, menyeret kapak ke arahnya. "apa kau sudah berkenalan dengan kapakku". Tanyaku berseringai. Dengan cepat aku menebaskan kapakku, namun dia bisa menghindarinya dengan mudah. "jadi begitu ya, sekarang kau pasti akan mati. Aku menggenggam butiran batu2 kecil di tanganku. Aku kembali untuk menyerangnya, dan kali ini tepat di depan wajahnya ku lemparkan batu kecil itu. Sekali ia berkedip, itu lah kesempatanku. Aku memukul tepat di bola matanya, "hah, kau kehilangan satu bola matamu bung". Ucapku datar. Kini dia hanya bisa melihat dengan satu mata, darah mengalir menutupi sebagian wajahnya dan dia memegang mata yg sedarinya ku pukul tadi. Aku mulai menyerangnya kembali, kehilangan setengah penglihatannya membuatku berada di atas angin. Aku membuatnya babak belur dengan seranganku, kini dia tak berdaya dan tak bisa berbuat apa2 lagi. Tp mengapa dengan yg satunya, dia nampak tak peduli kembarannya akan mati. Aku mengambil tongkat besi yg tergeletak di lantai. "kau melubangi telapak tanganku, dan kau pun harus membayarnya". Aku melirik kembali kembarannya yg masih bersandar santai, aku menusukan tongkat besi itu kebola mata yg satunya hingga menembus lantai. Dia pun mulai berteriak dan kesakitan.
"kali ini aku akan menepati janjiku", aku tersenyum dengan tatapan gilaku. Tanpa basa basi aku memotong kedua kakinya, dan secara perlahan membelah tubuhnya. Jantungnya yg masih berdetak ku tarik dan ku jilat di depan kembarannya. "Akan ku makan jika yg satunya sudah kubunuh". Bisikku. Aku memandang tajam ke arahnya. "apa kau suka ini, kau ingin memilih kematian serti apa bocah kembar". aku menggertak. Dia mulai berjalan santai kearahku. Sepertinya pria ini terlalu menganggapku remeh. Aku menyerang dengan cepat, tapi seranganku cuma sia-sia. Leherku di cekiknya dengan satu tangan. "kau tak usah terburu buru bocah. Kau tau, aku dan kau tak jauh berbeda. "ucapnya. "apa maksudmu"tanya ku. Dia berbisik di telingaku."kita sama2 seorang kanibal pembunuh". Dia melemparkanku jauh hingga terbentur dinding. Aku bangkit dan menunduk,"jadi kita sama". Ucapku dengan nada pelan. "tapi kita jelas sangat jauh berbeda". Aku menyerangnya dengan sangat cepat. Dan lagi2 aku di cekiknya. "kau masih belum mengerti juga bocah, aku juga kebal dan kau tak akan bisa membunuhku". Dia membantingku kelantai. Rupanya dia lebih gila dan kuat dariku.
"Jika kau dan aku seorang kanibal, maka kelemahan kita pun sama". Ucapku dalam pikiran. Aku mulai mengusap darah di bibirku dan berseringai....
"TO BE CONTINUE"...
0 komentar:
Post a Comment
Jika ada unek - unek dari dalam hati yang paling dalam,,, Keluarkanlah...
Dan itu akan membuat anda lebih legah