Saturday, March 19, 2016

TERROR S2 Part 8

“Hampir saja pemukul kayu yang besar itu melayang di kepalaku dan menghancurkannya, sebelum akhirnya para anjing itu datang menyerang para mahluk itu, kesempatanku untuk pergi dan menyaksikan pertempuran ini.aku mengmbil kapak yang di pegang salah satu mahluk itu dan berlari menghindari kerumunan anjing2 yang banyak itu. “ternyata anjing2 itu begitu pintar dalam mengendus aroma darahku”.aku berseringai. Dan bersembunyi di balik bebatuan besar. Aku menyaksikan pemandangan yang menyenangkan. “Tak perlu repot2 menghabisis mahluk2 bodoh itu, tak lama lagi mereka semua akan habis di makan anjing2 itu”.aku tertawa terbahak dan mendapati seorang tengah menodongkan ujung tombak ke arahku. “kau mungki bisa lari dari kerumunan itu, tapi kau tak bisa lari dariku tikus”. Aku menoleh kearahnya dengan berseringai. “akhirnya kita bisa berdua dan tak ada yang mengganggu”.ucapku pada tetua itu.

“kutebaskan kapak yang sedarinya ku pegang ke arahnya. namun tetua itu lebih sigap dan cepat menghindar.” Cepat juga kau”.ucapku. aku dan mahluk ini saling menatap mata. “Datang lah kemari tikus kecil”.ucapnya. aku terus menyerangnya dengan tergesa gesa. Haus akan darah, akku semakin menggila dan semakin menjadi jadi. Mahluk ini terus menerus menghindar hingga ia menjauh berdiri di ats pohon.”kau pengecut”.ucapku. ntah dari mana datangnya dia memegang kembali memegang panahnya. Mahluk itu mengarahkan busur panahnya tepat kearah wajahku. Aku tak yakin bisa menghindar dari incarannya. Busur itu benar2 dapat mengenali segala pergerakanku. “ku harap kau sudah berpamitan pada malaikat mautmu tikus kecil”. Dia mulai menarik busur itu dan berseringai. Namun tiba2 sekelompok anjing2 itu mulai datang dan menyerangku, banyak sekali. Apa mahluk2 itu sudah habis ditelan hewan2 ini. gumamku.

“anjing2 itu datang di saat yang tepat. Aku menggunakan segerombolan anjing2 itu untuk menutupi pergerakan ku. Bagi ku anjing2 ini lah yang seperti tikus, mereka dapat di permainkan dan di bodohi. Hewan2 itu mulai menggerubungi tubuhku hingga menjadi seperti sebuah tumpukan anjing. Mahluk yang mengincarku dengan busurnya itu, perlahan menurunkan panahnya. Dia berfikir aku telah mati dimakan anjing2 itu. “bodohnya kau”. Mahluk itu tidak menyadari keberadaanku, aku sedari tadi menyelinap diantara anjing2 itu dan perlahan menghampirinya. “hie bodoh kau rindu kehadiranku”. Aku memukulnya hingga dia hampir terjatuh dari pohon. Aku mengambil busur panahnya dan memainkannya.” Aku simpan hadiah darimu ini mahluk bodoh”.ucapku. “ku kira kau…..”, tanyanya bingung.” Aku tak sebodoh dirimu. Kau fikir aku bisa di habisi oleh anjing2 yang lebih bodoh darimu itu hah, atau mungkin kau lah yang lebih bodoh dari anjing2 itu”.hinaku.

“beraninya kau tikus kecil, kau bermain licik denganku”.ucapnya. “apa aku tidak salah dengar bung, aku bermain licik. Kaulah yang licik”.balasku. mahluk itu mulai bangkit dan menyerangku. Tapi sayang kali ini aku sedikit lebih cepat dan dapat menghindari pikulannya. “hahh……!!!! Aku memukul perutya hingga bola matanya hampir lepas dari kelopaknya, dan air liur yang keluar dari mulutnya. “sepertinya anjing2 itu masih lapar”. Aku berseringai padanya. dan Dengan cepat aku mengikat tubuh dan kakinya dengan serabut pohon. “tunggu dulu, jangan berikan aku pada anjing2 itu. Aku akan jadi budakmu dan menuruti kemauanmu”.ucapnya memohon padaku. “itu ide bagus, baik lah”.ucapku. aku melepaskan ikatannya perlahan hingga terlepas semuanya. “dasar bodoh”.ucapnya. mahluk itu kembali menyerangku. Tapi sayang aku tak sebodoh dirinya. Serabut yang ku lepaskan di lehernya sengaja tak ku potong karena aku ingin melihatnya mati secara perlahan di makan anjing2 itu.

“ Sebelum sempat mahluk itu melontarkan pukulannya aku menarik serabut yang mengikat di lehernya yang sedarinya sudah ku pegang terlebih dahulu. Seketika mahluk itu terjatuh dari pohon dan tergelantung. Aku menggoreskan pisau di telapak tanganku. Dan darahpun menetes di kepala hingga mengalir di tubuh mahluk itu. Anjing2 itu mulai mendekat karena mencium aroma darahku. Seketiika aku pergi kelain pohon untuk menonton mahluk itu di telan oleh para anjing2 liar itu. Sengguh menyenangkan melihat mahluk itu terkoyak dan meronta. Separuh tubuhnya habis dimakan anjing itu. Dan Hanya tersisa separuh anggota badan bagian atasnya.”kasihan anjing2 itu tak dapat menjangkau kepala yang kezat, yang tergantung itu”.aku berseringai. Aku mengambil panah yang ku gendong di bahuku dan mengarahkan busurnya tepat di serabut yang menggantung tubuh mahluk itu. “yeaa…”. Aku berhasil mengenai dan membuat tubuh itu terjatuh dan lenyap di makan segerombolan anjing2 itu.




TO BE CONTINUE

Newer Post Older Post Home

0 komentar:

Post a Comment

Jika ada unek - unek dari dalam hati yang paling dalam,,, Keluarkanlah...
Dan itu akan membuat anda lebih legah