Saturday, March 19, 2016

TERROR S2 Part 4

"Aku berlari dengan cepatnya hingga sebuah sungai yg cukup lebar menghalangi jalanku, bagaiman bisa dalam sebuah kastil terdapat sebuah sungai yg membentang luas. Hutan ini saja sudah membuatku muak. Langkah kaki mereka mulai mendekat, dan mendapatiku terpojok di sebuah sungai. Dengan terpaksa aku melompat ke dalam sungai untuk menuju ketepian. Benar saja, dalam sungai ini terdapat ikan2 kanibal pula yg menyerangku. Dalam situasi seperti ini, sungguh sulit bagiku mengambil suatu pilihan. Jika aku terus berada dalam sungai, aku akan habis terkoyak menjadi santapan ikan2 ganas itu. Aku segera berenang menuju batang pohon yg mengapung di air dan menaikinya. Aku terus mengayuh untuk sampai daratan seberang, dan semoga aku bisa sampai sebelum ikan2 dalam air ini menghabisi batang kayu yg ku naiki. Kini aku telah sampai di tepian dan sepertinya aku mempunyai pemikiran bagus akan hal ini. Aku melihat mahluk2 itu berdiri di tepian sebrang sungai, aku kembali dengan batang kayu yg lebih besar dan menerjukannya ke dalam sungai. Aku memancing mahluk2 itu untuk terjun ke dalam sungai. Seolah aku menantang mereka dengan berdiri diatas batang pohon itu sambil melambaikan tangan. Lantas mereka semua terjun dalam air sungai. "dasar mahluk bodoh". Aku mulai berseringai dan mengayuh batang pohon itu. Sampai di sebrang, aku menyaksikan mahluk2 itu terkoyak oleh ikan2 ganas dalam sungai.
*****

"aku terlalu pintar untuk di bodohi". Ucapku. Aku berjalan kembali menyusuri hutan dengan berjalanku yg seperti orang mabuk. Sesekali Aku melirik kebelakang dan tersenyum melihat mahluk2 itu terkoyak. "sungguh ironis,Hewan peliharaanku semuanya mati disungai".aku berseringai. Disisi lain aku melihat bocah dengan harmonikanya itu duduk di bawah pohon sedang tertunduk. "kau disini rupanya".tanyaku. "kenapa kau membunuh semua hewan peliharaanku".ucapnya. Dia langsung menyerang tepat di wajahku. Dengan sekali pukulan ia dapat membuatku terlempar dan terbentur tanah. "kau tak menjaga hewan peliharaanku". Dia menendang wajahku berkali-kali hingga darah keluar dari hidungku. "bodohnya kau". Aku memegang kakinya dan melemparkannya ke pohon. Dia pun bangkit dan mengambil sebilah pisau di balik pakainnya dan menyerangku. "kenapa kau tidak mati". Dia terus menerus menyerangku, sayangnya serangan seperti itu sungguh tak berarti untukku.
*****

"heh,kau bocah. Sepertinya aku tak perlu repot2 menghajarmu dengan seluruh kekuatanku. Meski kita nampak seusia, namun jelas perbedaan kekuatan kita jauh sekali". Ucapku merendahkannya. Ayo kemarilah. Dia kembali menyerangku... Dengan sigap aku memegang perutnya dan melilitkan tanganku ke dalamnya. Sontak dia pun berteriak kesakitan. Aku terus melilit organ dalam perutnya hingga tanganku menusuk masuk dalam perutnya. "apa ini empedu".tanyaku. Aku merasakan darah yg mengalir membasahi tanganku. Aku menarik organ dalam perutnya dan menjatuhkan tubuhnya. Aku tertawa terkekeh seperti orang gila dengan organ dalam perut yg ku pegang di tangangku. "kau, jangan senang dulu kawan".ucapnya. Sejenak aku berhenti tertawa saat dia mengatakan hal itu. Apa yg dia lakukan, saat hampir sekarat seperti ini dia masih sempat memainkan harmonikanya. Dia memang benar2 bodoh.
*****

"seketika tubuhnya bergetar dan membengkak. Dia pun mulai berteriak "Akkhhh... Sebuah tangan merobek mulutnya, terus merobek anggota tubuhnya, perut hingga kakinya. "iblis macam apa ini".gumamku. Mahluk yg keluar dari tubuh bocah tadi, itu adalah mahluk yg sebelumnya menyerangku. Namun yg ini 2 kali lebih besar dari yg tadi. Dia mulai bangkit dan menyapaku, "hallo teman, aku kembali dengan wujud asliku".ucapnya. Jadi selama ini mahluk2 itu adalah perwujudannya. "aku terkekeh dan menyerangnya, dia pun berhasil menghidar dari pukulanku. "owhh shitt"... Dia menjambak rambutku dan membanting tubuhku ke tanah. "kau suka itu bocah".ucapnya. "aku benci mata satu itu". Aku menendang tubuhnya dan membuatnya menunduk, ku kepalkan kedua tanganku dan memukul tepat di kepalanya hingga tertanam di tanah. "aku akan cepat mengakhiri pertarungan ini".ucapku. Namun saat aku akan merobek tubuhnya dengan pisauku, dia mencengkram wajahku dan membenturkannya ke batang pohon. "aku tak selemah yg kau pikirkan". Ucapnya.

"TO BE CONTINUE..."

Newer Post Older Post Home

0 komentar:

Post a Comment

Jika ada unek - unek dari dalam hati yang paling dalam,,, Keluarkanlah...
Dan itu akan membuat anda lebih legah